Itulahbulan musim ikan kakap putih yang bisa menjadi patokan, jadi bulan disini bukan bulan januari, februari, maret, dan seterusnya ya jadi keadaan bulan . Minggu, 5 juli 2020 21:46 wib. Umpan yang menjadi favorit dan cepat habis di kalangan pemancing ikan kakap saat musim ikan kakap putih ialah umpan ikan belanak kecil, umpan udang putih .
Ikan kakap putih Lates calcarifer merupakan salah satu komoditas budidaya laut unggulan di Indonesia, karena memiliki pertumbuhan yang relatif cepat. Pertumbuhan kakap putih dapat mencapai laju pertumbuhan harian sebesar 0,51%/hari. Kelangsungan hidup dapat mencapai 86%, dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan budidaya relatif mudah dibudidayakan. Ikan kakap putih mempunyai nilai ekonomis tinggi, baik untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri maupun luar negeri. Ikan kakap putih Lates calcarifer, Bloch, merupakan ikan yang mempunyai nilai ekonomis yang penting. Sebagai salah satu komoditas ekspor, permintaan jenis ikan ini cukup tinggi dipasar luar negeri. Ikan kakap putih adalah ikan yang mempunyai toleransi yang cukup besar terhadap kadar garam Euryhaline dan merupakan ikan katadromous dibesarkan di air tawar dan kawin di air laut. Sifat-sifat inilah yang menyebabkan ikan kakap putih dapat dibudidayakan di laut, tambak maupun air tawar. Pada beberapa daerah di Indonesia ikan kakap putih dikenal dengan beberapa nama seperti pelak, petakan, cabek, cabik Jawa Tengah dan Jawa Timur, dubit tekong Madura, talungtar, pica-pica, kaca-kaca Sulawesi. Ikan kakap putih secara luas tersebar di wilayah tropika dan sub tropika Pasifik Barat dan Lautan Hindia, di antara 50ยฐE - 160ยฐW, 24ยฐN โ 25ยฐS. Ikan ini terdapat khusunya pada bagian Utara Asia, Utara Australia, Barat hingga Timur Africa. Klasifikasi Ikan Kakap Putih Kingdom AnimaliaFilum ChordataKelas PiscesSubkelas TeleosteiOrdo PercomorphiFamili CentropomidaeGenus LatesSpesies Lates calcarifer. kan kakap putih L. calcarifer memiliki bentuk badan memanjang, gepeng, batang sirip ekor lebar dengan bentuk bulat, mata berwarna merah cemerlang, bukaan mulut lebar sedikit serong dengan gigi-gigi halusdan tidak memiliki taring, terdapat lubang kuping bergerigi pada bagian penutup insang, sirip punggung terdiri dari jari-jari keras sebanyak 3 buah dan jari-jari lemah sebanyak 7-8 buah. Ikan kakap putih yang berumur 1-3 bulan berwarna terang, selanjutnya ikan kakap putih yang melewati umur 3 bulan akan berubah menjadi keabu-abuan dengan sirip berwarna gelap. Badan atau sirip tidak terdapat corak bintik-bintik. Ikan kakap putih merupakan ikan yang memiliki kemampuan toleransi yang tinggi terhadap kadar garam euryhaline. Selain itu, ikan kakap putih juga termasuk ikan katadromus besar di air tawar dan kawin di air laut. Karakteristik ikan kakap putih tersebut menyebabkan pembudidayaan dapat dilakukan di laut ataupun ditambak. Kisaran toleransi fisiologis ikan kakap putih cukup luas, fekunditas dan pertumbuhannya juga cepat sehingga dalam waktu 6-24 bulan ikan sudah siap dipanen dengan ukuran 350-2000 g. Habitat ikan kakap putih L. calcarifer berada di sungai, danau, muara dan perairan pesisir. Ikan kakap putih di alam memakan krustacea dan ikan-ikan kecil. Pemijahan ikan kakap putih terjadi di muara sungai, di hilir muara atau sekitar tanjung pesisir. Ikan kakap putih bertelur setelah bulan purnama dan bulan baru. Kegiatan pemijahan bergantung dengan musim dan pasang surut air laut yang membantu penyebaran telur dan larva ke muara. Daerah sebaran kakap putih di daerah tropis dan subtropis, daerah pasifik Barat dan Samudera Hindia, yang meliputi Australia, Papua New Guinea, Indonesia, Philipina, Jepang, China, Vietnam, Kamboja, Thailand, Malaysia, Singapura, Bangladesh, India, Srilangka, Pakistan, Iran, Oman dan negara-negara disekitar laut Arab. Penyebaran kakap putih di Indonesia terutama terdapat di pantai utara Jawa, di sepanjang perairan pantai Sumatera bagian timur, Kalimantan, Sulawesi Selatan dan Arafuru. Ikan kakap putih juga mempunyai toleransi yang cukup besar terhadap variasi kadar garam euryhaline dan merupakan ikan katadromous dibesarkan di air tawar dan kawin di air laut, Sifat-sifat inilah sehingga ikan kakap dapat dibudidayakan di laut, tambak maupun kolam air tawar. Setelah dewasa ikan ini bermigrasi ke muara sungai dengan keadaan kadar garam 25 โ 30 permil, dalam kondisi air payau, gonad ikan kakap putih ini berkembang dengan baik. Perkawinannya sangat dipengaruhi oleh peredaran bulan, yakni pada permulaan bulan gelap atau bulan penuh bersamaan dengan datangnya air pasang. Ikan kakap putih betina mulai dewasa setelah mencapai berat 4 โ 6 kg, sedangkan yang jantan menjadi dewasa setelah mencapai berat badan 3 kg. Jumlah telur bervariasi mengikuti berat badan. Induk ikan seberat 5 โ 11 kg dapat menghasilkan telur sebanyak 2 โ 7 juta butir, dengan ukuran telur antara 0,4 โ 0,5 mm. Dalam waktu 18 jam setelah pembuahan telur menetas menjadi larva dengan ukuran rata-rata 1,49 mm. Dalam waktu sekitar 30 hari maka larva akan tumbuh menjadi burayak yang berukuran antara 1,3 โ 1,7 cm. Ikan Kakap putih berdasarkan siklus hidupnya, merupakan hewan hemaprodit protandri, yaitu diawal fase reproduksi mempunyai kelamin jantan dan setelah mencapai umur lebih dari 6 โ 8 tahun lalu berubah kelamin menjadi betina. Testis mulai terbentuk pada ukuran panjang total antara 25 โ 35 cm, terdapat kecenderungan semakin mendekati garis equator, pematangan seksual jantan terjadi lebih awal dibandingkan dengan yang berada jauh dari garis aquator. Di Indonesia dan Australia Utara pematangan kelamin jantan terjadi pada umur 1 โ 2 tahun panjang total ยฑ 29 cm, sedangkan di Quensland pada umur 3 โ 5 tahun atau pada saat panjang total mencapai 53 โ 60 cm.. Ikan kakap putih merupakan jenis ikan pemangsa. Menurut para ahli, ikan kakap dapat hidup hidup selama 20 tahun. Panjang tubuhnya dapat mencapai 90 cm. Kemudian, berat badannya dapat mencapai 12,5 kg. Kondisi ini dapat dicapai bila tidak terdapat pemangsanya, yaitu linsang, burung atau parasit yang menggrogoti tubuhnya. Selain gangguan dari luar, antara ikan kakap sendiri sering terjadi peristiwa saling menyerang dan memangsa. Itu dapat terjadi bila mereka dalam kondisi lapar dan tidak dapat makanan. Di Indonesia ada beberapa jenis ikan kakap diantaranya ikan kakap merah Lutjanus sanguineus atau red snapper dan ikan kakap putih Lates calcarifer, dan biasanya kakap merah dan kakap putih hanya disebut ikan kakap, padahal menurut taksonominya kedua jenis ini jelas berbeda, dimana kakap putih berasal dari famili Centropomidae dan kakap merah termasuk famili Lutjanidae. Ikan kakap merah dan kakap putih Biasanya ikan Kakap Putih beruaya ke area pemijahan pada akhir musim panas dan musim pemijahan terjadi pada awal musim penghujan. Pemijahan pada musim penghujan terjadi akibat perubahan suhu dan salinitas di perairan. Salinitas dan suhu merupakan faktor penting yang mempengaruhi siklus pemijahan ikan Kakap Putih, musim pemijahan akan terlambat bila musim hujan datangnya terlambat. Selama musim pemijahan induk betina dan jantan mudah dikenali, dimana pada ikan yang berukuran sama, ikan jantan akan terlihat lebih kecil dengan badan lebih ramping dibandingkan dengan ikan kakap putih yang betina. Jika dilakukan pengurutan pada bagian perut, ikan kakap putih yang jantan akan mengeluarkan sperma, sedangkan induk betina mudah dikenali dari bentuk perutnya yang besar, bulat dan lembut dengan lubang pengeluaran telur yang berwarna pink kemerahan. Induk betina yang matang telur, apabila ditekan dengan tangan akan mengeluarkan telur. Demikia sedikit ulasan tentang sekilas mengenal klasifikasi dan morfologi ikan kakap putih Lates calcalifer sebagai salah satu komoditas budidaya laut unggulan Indonesia. Dimuat berdasarkan sumber dari dimuat berdasarkan hasil penelusuran google gambar dengan kata pencarian "ikan kakap putih, klasifikasi morfologi kakap putih, habitat hidup ikan kakap putih". Sekian, semoga dapat menjadi referensi bacaan yang bermanfaat! Terimakasih. Tag post ikan kakap putih umumnya dibudidayakan di air, ikan kakap putih hidup di air, ikan kakap putih, ikan kakap putih dapat dibudidayakan di, ikan kakap putih hidup di, ikan kakap putih lates calcarifer dapat dibudidayakan di, ikan kakap putih merupakan ikan katadromous yang artinya, ikan kakap putih air tawar, ikan kakap putih terbesar, ikan kakap putih dapat dibudidayakan di tempat-tempat berikut kecuali, resep ikan kakap putih, ikan kakap putih umumnya dibudidayakan di air, rasa ikan kakap putih, harga ikan kakap putih per kilo, jenis ikan kakap putih, harga bibit ikan kakap putih, habitat ikan kakap putih, harga ikan kakap putih, klasifikasi ikan kakap putih, klasifikasi ikan kakap putih pdf, jurnal klasifikasi ikan kakap putih pdf, klasifikasi dan morfologi ikan kakap putih, klasifikasi ikan kakap merah, klasifikasi ikan kakap putih pdf, anatomi ikan kakap putih, ikan kakap putih umumnya dibudidayakan di air, gambar ikan kakap putih, kebiasaan makan ikan kakap putih, budidaya ikan kakap putih, pakan ikan kakap putih, klasifikasi ikan kakap putih pdf, klasifikasi ikan kakap merah, anatomi ikan kakap putih, ikan kakap putih umumnya dibudidayakan di air, gambar ikan kakap putih, budidaya ikan kakap putih, kebiasaan makan ikan kakap putih, nama latin ikan kakap putih, habitat ikan kakap putih, morfologi ikan kakap putih, bulan musim ikan kakap putih, budidaya ikan kakap putih, budidaya ikan kakap putih pdf, budidaya ikan kakap putih di keramba jaring apung pdf, bumbu gulai ikan kakap putih, budidaya ikan kakap putih air tawar, bumbu sup ikan kakap putih, budidaya ikan kakap putih ditambak, bumbu kuning ikan kakap putih, bumbu ikan kakap putih, primbon mancing kakap putih, cara mancing kakap putih di siang hari, bulan musim kakap merah, jam makan ikan baramundi, ciri ciri spot barramundi, keberadaan barramundi saat musim hujan, waktu makan ikan kakap putih, habitat kakap putih
ยท ikan ini hanya dijumpai pada bulan bulan tertentu seperti akhir bulan februari atau awal bulan maret (musim kemunculannya sampai mei dan musim menurut mayunar dan genisa (2002), penyebaran ikan kakap putih meliputi perairan trofis dan subtrofis seperti india, bima, srilanka, banglades.
80 HASIL TANGKAPAN IKAN KAKAP PUTIH Latescalcarifer PADA UKURAN MATA JARING INSANG YANG BERBEDA DI PERAIRAN PESISIR KOTA SURABAYA THE CATCH OF BARAMUNDI latescalcarifer FISH IN THE DIFFERENT MASH SIZE OF GILL NET IN THE COASTAL WATERS ON THE CITY OF SURABAYA Ahmad Rifqi Abdillah, Hari Subagio, Nurul Rosana JurusanPerikanan, FakultasTeknikdanIlmukelautan Universitas Hang Tuah Surabaya Jl. Arief Rahman Hakim 150, Surabaya 60111 Telp 031-5945864 Email 2. *Penulis Koresponden ABSTRAK Nelayan pesisir Kota Surabaya menggunakan alat tangkap jaring insang dasar bottom gillnet dalam menangkap ikan kakap putih. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh ukuran mata jaring yang berbeda pada jaring insang dasar. Penelitian ini di lakukan bulan Maret hingga Mei 2019 di perairan pesisir kota Surabaya dengan metode observasi untuk mengetahui hasil tangkapan ikan kakap putih Lates calcarifer dan pengaruh ukuran mata jaring yang berbeda. Pengambilan data dilakukan 15 kali sebagai ulangan dan 2 perlakuan berupa ukuran mata jaring 6 inchi dan 7 inchi sehingga diperoleh 30 data. Hasil penelitian menunjukan hasil tangkapan utama ikan kakap Lates calcarifer sebanyak 65% dan hasil tangkapan sampingan sebanyak 35% diantaranya ikan laosan Eleutheronema Tetradactylum, rajungan Portanus pelagicus, dan dukang Hexanematichthys. Jumlah hasil tangkapan pada mata jaring 6 inchi lebih besar dari pada ukuran 7 inch. Namun berdasarkan anilisis uji t di simpulkan tidak ada pengaruh penggunaan ukuran mata jaring 6 inchi atau 7 inchi terhadap hasil tangkapan ikan kakap putih. Perbedaan jumlah hasil tangkapan ikan kakap putih di antara kedua ukuran mata jaring tersebut kemungkinan di sebabkan oleh beberapa factor lingkungan yakni arus, suhu, dansalinitas. Kata kunci Ukuran mata jaring, ikan kakap putih, jaring insang dasar. ABSTRACT Coastal fishermen in the city of Surabaya use bottom gillnet fishing gear to catch barramundi fish. This research aims to determine the effect of different mesh sizes on basic gill nets to determine the productivity of the catch of barramundi fish. This research was conducted in March to May 2019 in the coastal waters of the city of Surabaya with an observationData acquisition was performed 15 times as repetition and 2 treatments in the size of 6-inch and 7-inch nets until 30 data points were obtained. The catches in the research showed that the main catches of snapper Lates calcarifer were 65% and the by-catches were 35% including laosan Eleutheronema tetradactylum, crab Portanus pelagicus, and dukang Hexanematichthys. The amount of catch on the 6 inch net is greater than the 7 inch size. However, based on the t-test analysis, it was concluded that there was no effect on the number of catches using the size of a 6-inch or 7-inch mesh to the catch of barramundi fish. The difference in the number of catches of barramundi fish between the two mesh sizes is probably caused by several environmental factors, namely flow, temperature, and salinity. KeywordsMesh size, Barramundi , Bottom gillnet. 81 PENDAHULUAN Perkembangan teknologi penangkapan ikan di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari perkembangan ilmu perikanan, mencangkup pengetahuan alat tangkap dan hasil tangkapan. Pengetahuan tentang alat tangkap dan hasil tangapanya adalah faktor penting dalam memahami proses penangkapan, perkembangan rancangan alat penangkapan yang menuntut adanya keseimbangan dalam berbagai aspek Syofyanet dkk. 2010. Keadaan perikanan tangkap di pesisir Kota Surabaya memiliki hasil laut yang baik, sarana prasarana yang memadai dan mewakili alat tangkap yang digunakan oleh nelayan - nelayan di Surabaya. Secara sepintas dari aspek sosial ekonomi, kehidupan nelayan di pesisir Surabaya masuk dalam katagori menengah kebawah Pristayandana 2010. Masyarakat nelayan Surabaya memproduksi hasil laut yang kemudian dijual dalam bentuk ikan segar atau diolah menjadi bahan makanan seperti ikan kakap putih hasil tangkapan nelayan yang diolah sebagai kerupuk kulit ikan dan olahan lainya. Banyak masyarakat pesisir Kota Surabaya yang menggantungkan hidupnya dari hasil laut tersebut. Pada umumnya, nelayan pesisir kota Surabaya menggunakan alat tangkap gill net sebagai pengoprasian penangkapan ikan. Menurut Martasuganda 2002 jaring insang gillnet adalah jenis alat penangkap ikan dari bahan jaring yang berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran mata jaring yang berbeda. Salah satu alat tangkap yang digunakan oleh nelayan pesisir kota surabaya khusus untuk menangkap ikan kakap putih adalah jaring insang dasar bottom gillnet. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran mata jaring terhadap hasil tangkapan ikan kakap putih Lates calcarifer di perairan pesisir kota Surabaya dan mengetahui hasil tangkapan sampingan dalam satuan ekor pada alat tangkap jaring insang dasar pada ukuran mata jaring 6 inchi dan 7 inchi. BAHAN DAN METODE Penelitian ini di laksanakan di perairan pesisir Kota Surabaya. Pengambilan data penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2019 hingga Mei 2019. Penelitian di laksanakan selama 3 bulan melalui beberapa tahap mulai tahap persiapan dan penyusun usulan penelitian, pengambilan data, pengolahan data, penulisan dan pelaporan hasil penelitian. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah GPS geogle map, Jaring insang dasar, alat tulis, rol meter dan mistar. Dalam penelitian ini ikan kakap putih Lates calcarifer sebagai obyek penelitian. Mencatat titik koordinat untuk menentukan lokasi saat penelitian dengan menggunakan GPS, setting dan houling, kamera sebagai monitoring atau dokumentasi data, roll meter mengukur panjang ikan dan mistar sebagai mengukur mata jaring,untuk mengetahui hasil tangkapan terbanyak ikan kakap putih Lates calcarifer dari ukuran mata jaring insang kakap yang berbeda di lakukan penelitian, dengan cara melakukan oprasional sebanyak 8 kali trip guna menentukan ulangan sebanyak 15 setting. Rancangan penelitian yang digunakan data dalam penelitian ini menggunakan Uji-T t-test independent yang terdiri dari 15 kali setting sebagai ulangan dan 2 Perlakuan berupa ukuran mata jaring yang berbeda, 6 inchi dan 7 inchi. Pengolahan data Menggunakan program SPSS versi HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Tangkapan Ikan Kakap Putih Lates calcarifer Hasil tangkapan pada jaring insang di Pantai Timur Surabaya adalah Jenis ikan kakap putih Lates calcarifer yang merupakan target tangkapan utama. Adapun hasil tangkapan sampingan yaitu ikan sumbal atau laosan Eleutheronema tetradactylum, rajungan Portanus 82 pelagicus, dan ikan Dukang Hexanematichthys. Berikut ini hasil tangkapan panjang total ikan kakap putih pada bulan yang berbeda dapat di lihat pada gambar 1. Gambar 1. Hasil panjang total rata โ rata cm ikan kakap putih Lates calcarifer pada bulan yang berbeda. Pada bulan Maret hasil tangkapan lebih panjang dibandingkan pada bulan April dan Mei karena pada bulan Maret keadaan musim penghujan sehingga ikan kakap putih yang tertangkap adalah induk kakap dalam keadaan memijah atau matang gonad. Pada bulan April dan Mei hasil tangkapan ikan kakap putih Lates calcarifer mengalami penurunan panjang ikan, karena pada bulan April dan mei sudah memasuki musim kemarau yang relatif ikan memasuki usia muda sehingga hasil yang di dapatkan mengalami penurunan panjang tubuh ikan. Gambar 2. Berat rata-rata kg Ikan Kakap Putih. Berat hasil tangkapan ikan kakap putih Lates calcarifer pada penelitian ini yang paling tinggi pada bulan Maret dengan nilai rata-rata sebesar 4,02 kg/ekor, dan berat ikan kakap pada bulan april nilai rata - rata 2,95 kg/ekor. Pada bulan Mei berat ikan kakap dengan nilai rata - rata sebesar 2,46 kg/ekor. Sehingga rata - rata berat ikan yang paling besar terletak pada bulan Maret. Hal tersebut karena ada faktor musim penghujan dimana ikan yang tertangkap mulai masa reproduksi atau matang gonad dengan ukuran ikan usia dewasa. Pada bulan April memasuki musim kemarau ikan yang tertangkap lebih kecil atau usia beranjak dewasa, sedangkan pada bulan Mei hasil tangkapan ikan kakap putih dengan berat lebih rendah dengan ukuran ikan usia anak - anak. Adapun hubungan panjang - berat ikan merupakan salah satu informasi pelengkap yang perlu diketahui dalam kaitan pengelolaan sumberdaya perikanan, misalnya dalam penentuan selektifitas alat tangkap agar ikan - ikan yang tertangkaphanya yang berukuran layak tangkap. Richter 2007 dan Blackweel 2000 mengatakan bahwa pengukuran panjang - beratikan bertujuan untuk mengetahui variasi berat dan panjang tertentu dari ikan secara individual atau kelompok - kelompok dan kondisi fisiologis termasuk perkembangan gonadnya. Berikut ini hasil berat rata - rata ikan kakap Lates calcarifer kg Pada bulan yang berbeda dapat di lihat pada gambar 2. Gambar 3. Hasil tangkapan utama dan tangkapan sampingan% ekor Hasil diagram kue di atas menunjukan bahwa hasil tangkapan dalam % ekor tangkapan utama adalah komponen dari stok ikan yang utama di cari dari operasi penangkapan. Hasil 83 tangkapan sampingan adalah ikan non target yang tertangkap dalam operasi penangkapan. Tertangkapnyaspesiesikan non target ini dapat disebabkan karena adanya tumpang tindih habitat antara ikan target dan non target serta kurang selektifnya alat tangkap yang digunakan Manalu 2003. Hasil tangkapan utama dan tangkapan sampingan % ekor dapat dilihat pada gambar 3. Gambar 4. Distribusi hasil tangkapan ikan kakap putih Lates calcarifer ekor pada ukuran mata jaring insang dasar 6 inchi. Jumlah total sebanyak 17 ekor ikan Kakap putih yang di dapatkan selama penelitian. Hasil tangkapan yang paling sedikit terdapat pada bulan maret karena curah hujan yang sangat tinggi dan gelombang besar, sehingga hasil tangkapan ikan kakap putih menurun. Menurut Reinnamah, 2010 Keberadaan ikan bersifat dinamis, selalu berubah/berpindah mengikuti pergerakan kondisi lingkungan yang secara alamiah ikan akan memilih habitat yang lebihsesuai. Sedangkan habitat tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi atau parameter oseanografi perairan seperti suhu permukaan laut, salinitas, konsentrasi klorofil laut, gelombang laut, cuaca dan sebagainya, yang berpengaruh pada dinamika atau pergerakan air laut baik secara horizontal maupun vertical. Distribusi hasil tangkapan ikan kakap putih Lates calcarifer ekor pada ukuran mata jaring insang dasar 6 Inchi lihat pada gambar 4. Gambar 5. Distribusi hasil tangkapan ikan kakap putih Lates calcarifer ekor pada ukuran mata jaring insang dasar 7 inchi. Hasil tangkapan ikan Kakap Putih Lates calcarifer pada ukuran mata jaring 7 inchi, hasil tangkapan yang paling banyak terdapat pada bulan Mei dengan dengan jumlah tangkapan terdapat 5 ekor, bulan Maret ada 4 ekor ikan kakap putih dan hasil tangkapan yang paling sedikit terdapat pada bulan April terdapat 2 ekor. Jumlah total hasil tangkapan pada ukuran mata jaring 7 inchi sebanyak 11 ekor ikan kakap putih. Bulan april merupakan musim penangkapan ikan tetapi hasil tangkapan yang di dapat lebih sedikit dikarenakan faktor ukuran mata jaring terlalu besar sehingga ikan mudah lolos. Menurut Zamil, 2007 ukuran mata jaring yang digunakan pada jarring insang umumnya disesuaikan dengan ukuran ikan yang menjadi target penangkapan. Dengan demikian, hasil tangkapan diharapkan hanya didominasi oleh ikan โ ikan yang ukurannya sesuai dengan ukuran mata jaring. Hasil tangkapan ikan kakap putih pada ukuran mata jaring 7 inchi dapat di lihat pada gambar 5. Gambar 6. Hasil tangkapan ikan kakap putih pada ukuran mata jaring 6 inchi dan 7 inchi. 84 Ikan kakap putih Lates calcarifer pada ukuran mata jaring 6 inchi dan 7 inchi dilakukan guna untuk mengetahui ukuran mata jaring yang layak digunakan dalam melakukan oprasional terhadap hasil tangkapan ikan kakap putih di perairan pesisir kota Surabaya. Hal ini sesuai dengan pendapat Syofyan, I. 1996 yang menyatakan bahwa mata jaring dan panjang ikan memiliki hubungan langsung keefisiensi alat tangkap sehingga penentuan besar mata jaring sangat penting untuk alat tangkap gillnet. Ditambahkan Suhaisti, 2002 bahwa hasil tangkapan ikan banyak dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain keberadaanikan, jumlah upaya penangkapan, dan tingkat keberhasilan operasi penangkapan. Hasil tangkapan ikan kakap putih pada ukuran mata jaring 6 inchi dan 7 inchi dapat di lihat pada gambar 6. Konstruksi jaring insang kakap putih Lates calcarifer Tabel 1. Konstruksi jaring insang kakap Bottom gillnet Tali ris bawah Tali ris atas Menurut Martasuganda 2002, jaring insang gill net adalah satu jenis alat penangkap ikan dari bahan jaring yang bentuknya empat persegi panjang dimana ukuran matajaring mesh size sama, jumlah mata jaring kearah horisontal mesh lenght/ML jauh lebih banyak dari jumlah mata jaring kearah vertikal mesh depth/MD. Pada lembaran jarring bagian atas diletakkan pelampung floats dan pada bagian bawah diletakkan pemberat sinkers. Maka kontruksi jaring insang kakap yang berada di perairan pesisir kota surabaya sangat layak digunakan untuk proses oprasional. Konstruksi jaring insang kakap Bottom gillnet dapat di lihat pada tabel 1. Parameter kualitas air laut Tabel 2. Hasil parameter kualitas air Pengambilan sampel kualitas air laut dilakukan seminggu sekali dalam tiga minggu danpada waktu pagi hari. Hasil parameter kualitas air dapat di lihat pada tabel 2. Hasil analisis Uji Normalitas Tabel 3. Uji normalitas hasil tangkapan jaring insang kakap pada ukuran mata jaring 6 inchi dan 7 inchi. Berdasarkan tabel 3 didapatkan nilai probabilitas untuk alat tangkap 6 inchi dan 7 inchi adalah 0,484 yang berarti data tersebut tersebar normal. Pengambilan keputusan ini sesuai kaidah yang berlaku apabila nilai signifikan lebih besar 0,05 pada P>0,05 sebaliknya, apabila nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 pada P>0,05 maka data dikatakan tidak normal Sugiyono, 2013. Dengan demikian data tersebut layak untuk 85 dilanjutkan menggunakan uji yang telah diajukan. Uji homogenitas Dalam penelitian ini, pengambilan keputusan homogen atau tidaknya data ini berdasarkan asumsi. Nilai homogenitas 0,465 sehingga data diansumsikan homogen. Uji T t-test Hasil uji T berpasangan dan diolah menggunakan SPSS versi Tabel 4. Hasil uji independent T-test Dari di atas dapat dijelaskan bahwa nilai signifikan 0,190 > 0,05 yang berarti H0 diterima. Dimana H0 menyatakan bahwa penggunaan ukuran mata jaring 6 inchi dan 7 inchi tidak berpengaruh terhadap hasil tangkapan ikan kakap putih Lates calcarifer. Sehingga berdasarkan uji independen uji sample t test pada taraf kepercayaan 95% terhadap dua sampel yang masing โ masing sampel terdiri dari 15 ulangan dapat disimpulkan bahwa penggunaan ukuran mata jaring insang kakap yang berbeda antara 6 inchi dan 7 inchi di perairan pesisir kota Surabaya, mengatakan hasil tangkapan ikan kakap, yang berarti kuantitatif tidak berbeda nyata. Berdasarkan kondisi yang berada di lapangan perbandingan ukuran mata jaring insang dasar yang berbeda di perairan pesisir Kota Surabaya karena jarak ukuran mata jaring 6 inchi dan 7 inchi terlalu kecil hanya selisi 1 inchi, sehingga tidak ada pengaruh ukuran mata jaring 6 inchi dan 7 inchi terhadap hasil tangkapan ikan kakap putih Lates calcarifer, jaring 6 inchi memperoleh hasil rata โ rata 1,13 dan jaring 7 inchi 0,73 per ekor dapat dilihat pada tabel 4. Kesimpulan 1. Jenis ikan hasil tangkapan dari ukuran mata jaring 6 inchi dan 7 inchi adalah ikan kakap putih Lates talcarifer dengan jumlah hasil tangkapan sebanyak 28 ekor. 2. Jenis ikan hasil tangkapan sampingan antara lain ikan sumbal atau laosan Eleutheronema tetradactylum, rajungan Portanus pelagicus, dan dukang Hexanematichthys sebesar 15 ekor 3. Jumlah hasil tangkapan ikan kakap putih Lates calcarifer yang dapat pada ukuran mata jaring 6 inchi sebanyak 17 ekor, sedangkan ukuran mata jaring 7 inchi sebanyak 11 ekor. 4. Berdasarkan anilisis uji t diperoleh signifikansi sebesar 0,190 maka H0 di terima, sehingga dapat di simpulkan tidak ada pengaruh penggunaan ukuran mata jaring 6 inchi dan 7 inchi, terhadap hasil tangkapan ikan kakap putih Lates calcarifer. Ucapan terimakasih Saya ucapan terimakasih kepada Bapak Ir. Hari Subagio, M. Si. dan Ibu Nurul Rosana, selaku dosen pembimbing skripsi dan keluarga yang telah mendukung selama berjalanya skripsi serta teman - teman perikanan Universitas Hang Tuah Surabaya. Daftar pustaka Djamali 1998. Sumber Daya Benih Alam Komersial. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi LIPI vi + 160 86 Analisis Profil Sosial-Ekonomi umah Tangga Nelayan Di Kecamatan Bulak Pesisir Pantai Surabaya.[Skripsi].Surabaya Richter, 2007. Development and evaluation of standard weight equations for bridgelip sucker and largescale sucker. North American Journal of Fisheries Management, 27 936-939 Reinnamah, yohanes. 2010. Fisfinder danTeknologiPenangkapanIkan. Karmelreinnamah. Rabu, 21 April Suhaeti. 2002. PendugaanPotensi Lestari dan Tingkat Pemanfaatan Ikan Terbang Sardenellafimbriata Di Perairan Teluk Banten. Skripsi. Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian. Jatinangor. 54 hal. Tidak di Duplikasi. Sugiono. penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung Alfabeta. Syofyan, I. 1996. Kontruksi dan Rancangan Alat Tangkap Drift Gillnet JaringInsangHanyut untuk Menangkap Ikan Senangin Polynemustetradactilus di Perairan Selat Berhala Riau. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Syofyan I, Syaifuddin, Cendana F. 2010. Studi komparatif alat tangkap jarring insang hanyut drift gillnet bawal tahun 1999 dengan tahun 2007 di Desa Meskom Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis Propinsi Riau. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 151 Zamil NN. 2007. Sebaran Hasil Tangkapan Jaring Rampus Berdasarkan Ketinggian dan Lembar Jaring [skripsi]. Bogor ID Institut Pertanian Bogor.
f9jyZi.